Bershalawat Nabi Saat Lupa, Adakah Dalilnya?
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Saat asyik menyampaikan atau
berbincang-bincang, tiba-tiba kita terlupa sesuatu dari materi
pembicaraan. Supaya ingatan kita kepada materi tersebut kembali maka
segera bershalawat atas Nabi. Demikian yang disampaikan oleh sebagian
guru sebagai bagian pengamalan terhadap shalawat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Apakah hal ini dibenarkan dan disyariatkan?
Memang benar ada sebagian ulama yang menyebutkan, di antara tempat disyariatkannya shalawat atas Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah saat lupa seperti Ibnul Qayyim dalam Jala' al-Afham-nya. Terdapat hadits yang menerangkannya, tetapi statusnya sangat lemah sehingga tidak bisa dijadikan sandaran.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إذا نسيتم شيئا فصلوا علي تذكروه إن شاء الله تعالى
"Apabila kalian lupa sesuatu maka bershalawatlah atasku niscaya kalian akan mengingatnya insya Allah Ta'ala." (HR. Abu Musa al-Madini dari hadits Anas bin Malik)
Hadits di atas disebutkan Ibnul Qayyim dalam kitabnya Jala' al-Afham, pada urutan ke 32 dari tempat bershalawat atas Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Tetapi sanadnya lemah karena di dalamnya terdapat Abdah al-Qadahi dan
Ubaidillah bin Abdillah al-Ataki. Abdah tidak dikenal. Sementara
Ubaidillah, disebutkan para ulama sebagai shahib manakir. Hadits
tersebut juga didhaifkan oleh Al-Sakhawi dalam Al-Qaul al-Badi', hal. 326.
Syaikh Ibnu Bazz rahimahullah dalam syarah beliau atas muqaddimah kita Al-Raudh al-Muri' ditanya tentang bacaan yang biasa diamalkan sebagian orang apabila lupa maka ia bershalawat atas Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Beliau menjawab, "Aku tidak tahu ia memiliki dasar yang bisa dijadikan
sandaran. Yang disunnnahkan adalah zikir mutlak karena Allah Ta'ala
berfirman, "Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa." (QS. Al-Kahfi: 24). Siapa yang lupa hendaknya ia zikir kepada Allah, ia berkata: Laa Ilaaha Illallaah, Subhanallah." Selesai.
Apa yang Dilakukan Saat Lupa?
Saat seseorang lupa sesuatu dan ingin
mengingat-ingatnya hendaknya ia berdoa kepada Allah dan minta tolong
agar dijadikan ingat apa yang sudah terlupa. Misalnya, ia berdoa, "Ya
Allah, jadikan aku ingat apa yang terlupa," atau "Ya Allah, bantu aku
mengingat apa yang kulupa," atau doa yang lainnya. (Lihat Fatawa Syaikh
Ibnul Utsaimin dalam Nuur 'Ala al-Darbi)
Pada dasarnya, tidak ada bacaan (zikir)
khusus yang disebutkan Al-Qur'an dan Sunnah untuk dibaca saat lupa.
Namun sebagian ulama menyebutkan dua perkara yang bermanfaat untuk
dibaca saat lupa: Pertama, membaca shalawat atas Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, namun sayang hadits yang mendasarinya dhaif sekali sehingga tidak bgisa dijadikan sandaran.
Kedua,
zikrullah seperti membaca tahlil, tasbih, takbir, atau bentuk zikir
lainnya. Alasannya, karena lupa itu dari syetan sementara zikrullah
adalah pengusirnya. Dalil yang dijadikan sandaran adalah firman Allah
Ta'ala,
وَلَا
تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا إِلَّا أَنْ يَشَاءَ
اللَّهُ وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَى أَنْ يَهْدِيَنِ
رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَذَا رَشَدًا
"Dan jangan sekali-kali kamu
mengatakan terhadap sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu
besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya-Allah". Dan ingatlah
kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku
akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada
ini"." (QS. Al-Kahfi: 23-24)
Mereka mengatakan, Makna Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa
adalah apabila kamu lupa sesuatu maka sebutlah nama Allah (berzikir),
maka Dia akan membuatmu ingat. (Ini disebutkan Imam al-Mawardi dalam
al-Nakat wa al-'Uyun: 2/471, Al-Qurthubi dalam tafsirnya: 10/368, Ibnul
Jauzi dalam Zaad al-Masir: 5/128, dan ulama selainnya.
Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan salah satu penafsiran ?"Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa,"Allah 'Azza wa Jalla
memberi petunjuk kepada orang yang lupa sesuatu dalam perkataannya agar
berzikir kepada Allah Ta'ala. Karena lupa muncul dari syetan
sebagaimana yang dikatakan pemuda yang menemani Nabi Musa, "Dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan."
(QS. Al-Kahfi: 63). Dan zikrullah Ta'ala mengusir syetan, maka jika
syetan hilang maka hilang pula lupa. Maka zikrullah adalah sebab untuk
ingat. Oleh karenanya Allah berfirman, "Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa." (QS. Al-Kahfi: 24
Syaikh Muhammad al-Amiin al-Shinqithi
dalam Al-Adhwa' al-Bayan (4/61-62) berkata, "Dalam ayat yang mulia ini
terdapat dua pendapat yang dikenal oleh ulama tafsir; Pertama,
ayat yang mulia ini berkaitan dengan ayat sebelumnya, maknanya: jika
kamu berkata aku akan mengerjakan ini besok dan lupa berkata: Insya
Allah, lalu kamu ingat maka ucapkan: Insya Allah.
Pendapat inilah yang nampak jelas yang ditunjukkan firman Allah Ta'ala,
وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ
"Dan jangan sekali-kali kamu
mengatakan terhadap sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu
besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya-Allah". " (QS. Al-Kahfi: 23)
Inilah pendapat jumhur, dan diantara yang berpendapat demikian adalah Ibnu Abbas, al-Hasan al-Bashri, Abu 'Aliyah dan selainnya.
Pendapat kedua,
ayat ini tidak punya kaitan dengan ayat sebelumnya. Maknanya: jika kamu
lupa sesuatu maka sebutlah nama Allah (zikrullah); karena lupa dari
syetan sebagaimana firman Allah Ta'ala, "Dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syetan."
(QS. Al-Kahfi: 63) dan seperti firman Allah, "Syetan telah menguasai
mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah." (QS. Al-Mujadilah:
19). Dan firman Allah Ta'ala, "Dan jika syetan menjadikan kamu lupa
(akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang
lalim itu sesudah teringat (akan larangan itu)." (QS. Al-An'am: 68)
sedangkan zikrullah Ta'ala akan mengusir syetan. Hal ini sebagaimana
ditunjukkan firman Allah Ta'ala, "Barang siapa yang berpaling dari
pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur'an), Kami adakan baginya
syetan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang
selalu menyertainya." (QS. Al-Zukhruf: 36) dan firman Allah Ta'ala, "Katakanlah:
"Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.
Raja manusia. Sembahan manusia. dari kejahatan (bisikan) syetan yang
biasa bersembunyi. . ." (QS. Al-Naas: 1-4) maksudnya: bisikan saat
lalai dari zikir kepada Allah. Al-Khannas adalah adalah yang bersembunyi
dan dan mundur sedikit demi sedikit saat zikir kepada Allah. Maka
apabila syetan pergi lupa juga berlalu." Selesai.
Ringkasnya, usaha memohon pertolongan
supaya kembali ingat apa yang terlupa adalah dengan berdoa kepada Allah
Ta'ala dan berzikir secara umum. Tidak ada bacaan zikir tertentu ataupun
shalawat atas Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang disyariatkan agar kembali ingat. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]
Bershalawat Nabi Saat Lupa, Adakah Dalilnya?
Reviewed by Abu Aslam
on
2:51 PM
Rating:
No comments