Apakah Wajib Membaca Al Qur’an Dengan Tajwid?
Membaca Al Qur'an adalah amalan yang agung dan banyak keutamaannya.
Dalam membaca Al Qur'an dikenal ilmu tajwid. Bagaimanakah hukum ilmu
tajwid ini? Apakah wajib membaca Al Qur'an dengan menerapkan
kaidah-kaidah tajwid? By Yulian Purnama 30 April 2015 29 4835 15
Membaca Al Qur’an adalah amalan yang agung dan banyak keutamaannya.
Dalam membaca Al Qur’an dikenal ilmu tajwid. Bagaimanakah hukum ilmu
tajwid ini? Apakah wajib membaca Al Qur’an dengan menerapkan
kaidah-kaidah tajwid? Definisi ilmu tajwid Tajwid secara bahasa adalah
mashdar dari jawwada- yujawwidu, yang artinya membaguskan. Sedangkan
secara istilah, Imam Ibnul Jazari menjelaskan: ﺍﻹﺗﻴﺎﻥ ﺑﺎﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﻣﺠﻮﺩﺓ
ﺑﺎﻷﻟﻔﺎﻅ ﺑﺮﻳﺌﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﺩﺍﺀﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﻄﻖ ﻭﻣﻌﻨﺎﻩ ﺍﻧﺘﻬﺎﺀ ﺍﻟﻐﺎﻳﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﺼﺤﻴﺢ ﻭﺑﻠﻮﻍ
ﺍﻟﻨﻬﺎﻳﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﺤﺴﻴﻦ “tajwid adalah membaca dengan membaguskan
pelafalannya, yang terhindar dari keburukan pelafalan dan keburukan
maknanya, serta membaca dengan maksimal tingkat kebenarannya dan
kebagusannya” ( An Nasyr fil Qira’at Al ‘Asyr, 1/210). Beliau juga
menjelaskan hakekat dari ilmu tajwid, ﻓﺎﻟﺘﺠﻮﻳﺪ ﻫﻮ ﺣﻠﻴﺔ ﺍﻟﺘﻼﻭﺓ ، ﻭﺯﻳﻨﺔ
ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ، ﻭﻫﻮ ﺇﻋﻄﺎﺀ ﺍﻟﺤﺮﻭﻑ ﺣﻘﻮﻗﻬﺎ ﻭﺗﺮﺗﻴﺒﻬﺎ ﻣﺮﺍﺗﺒﻬﺎ ، ﻭﺭﺩ ﺍﻟﺤﺮﻑ ﺇﻟﻰ ﻣﺨﺮﺟﻪ
ﻭﺃﺻﻠﻪ ، ﻭﺇﻟﺤﺎﻗﻪ ﺑﻨﻈﻴﺮﻩ ﻭﺗﺼﺤﻴﺢ ﻟﻔﻈﻪ ﻭﺗﻠﻄﻴﻒ ﺍﻟﻨﻄﻖ ﺑﻪ ﻋﻠﻰ ﺣﺎﻝ ﺻﻴﻐﺘﻪ ،
ﻭﻛﻤﺎﻝ ﻫﻴﺌﺘﻪ ; ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺇﺳﺮﺍﻑ ﻭﻻ ﺗﻌﺴﻒ ﻭﻻ ﺇﻓﺮﺍﻁ ﻭﻻ ﺗﻜﻠﻒ “maka tajwid itu
merupakan penghias bacaan, yaitu dengan memberikan hak-hak, urutan dan
tingkatan yang benar kepada setiap huruf, dan mengembalikan setiap huruf
pada tempat keluarnya dan pada asalnya, dan menyesuaikan huruf-huruf
tersebut pada setiap keadaannya, dan membenarkan lafadznya dan
memperindah pelafalannya pada setiap konteks, menyempurnakan bentuknya.
tanpa berlebihan, dan tanpa meremehkan” ( An Nasyr fil Qira’at Al ‘Asyr,
1/212). Hukum ilmu tajwid Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin pernah
ditanya, “apakah seorang Muslim boleh membaca Al Qur’an tanpa
berpegangan pada kaidah-kaidah tajwid?”. Beliau menjawab: ﻧﻌﻢ ﻳﺠﻮﺯ ﺫﻟﻚ
ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳﻠﺤﻦ ﻓﻴﻪ ﻓﺈﻥ ﻟﺤﻦ ﻓﻴﻪ ﻓﺎﻟﻮﺍﺟﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﺗﻌﺪﻳﻞ ﺍﻟﻠﺤﻦ ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﺘﺠﻮﻳﺪ ﻓﻠﻴﺲ
ﺑﻮﺍﺟﺐ ﺍﻟﺘﺠﻮﻳﺪ ﺗﺤﺴﻴﻦ ﻟﻠﻔﻆ ﻓﻘﻂ ﻭﺗﺤﺴﻴﻦ ﺍﻟﻠﻔﻆ ﺑﺎﻟﻘﺮﺁﻥ ﻻ ﺷﻚ ﺃﻧﻪ ﺧﻴﺮ ﻭﺃﻧﻪ ﺃﺗﻢ
ﻓﻲ ﺣﺴﻦ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﻟﻜﻦ ﺍﻟﻮﺟﻮﺏ ﺑﺤﻴﺚ ﻧﻘﻮﻝ ﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﻘﺮﺃ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺑﺎﻟﺘﺠﻮﻳﺪ ﻓﻬﻮ ﺁﺛﻢ
ﻗﻮﻝ ﻻ ﺩﻟﻴﻞ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﻞ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺧﻼﻓﻪ ﺑﻞ ﺇﻥ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻧﺰﻝ ﻋﻠﻰ ﺳﺒﻌﺔ ﺃﺣﺮﻑ ﺣﺘﻰ
ﻛﺎﻥ ﻛﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻳﻘﺮﺅﻩ ﺑﻠﻐﺘﻪ ﺇﻻ ﺃﻧﻪ ﺑﻌﺪ ﺃﻥ ﺧﻴﻒ ﺍﻟﻨﺰﺍﻉ ﻭﺍﻟﺸﻘﺎﻕ ﺑﻴﻦ
ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻭﺣﺪ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻮﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﻋﻠﻰ ﻟﻐﺔ ﻗﺮﻳﺶ ﻓﻲ ﺯﻣﻦ ﺃﻣﻴﺮ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻋﺜﻤﺎﻥ
ﺑﻦ ﻋﻔﺎﻥ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻭﻫﺬﺍ ﻣﻦ ﻓﻀﺎﺋﻠﻪ ﻭﻣﻨﺎﻗﺒﻪ ﻭﺣﺴﻦ ﺭﻋﺎﻳﺘﻪ ﻓﻲ ﺧﻼﻓﺘﻪ ﺃﻥ ﺟﻤﻊ
ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻠﻰ ﺣﺮﻑ ﻭﺍﺣﺪ ﻟﺌﻼ ﻳﺤﺼﻞ ﺍﻟﻨﺰﺍﻉ ﻭﺍﻟﺨﻼﺻﺔ ﺃﻥ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﺑﺎﻟﺘﺠﻮﻳﺪ ﻟﻴﺴﺖ
ﺑﻮﺍﺟﺒﺔ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ ﺇﻗﺎﻣﺔ ﺍﻟﺤﺮﻛﺎﺕ ﻭﺍﻟﻨﻄﻖ ﺑﺎﻟﺤﺮﻭﻑ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻫﻲ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻼ ﻳﺒﺪﻝ
ﺍﻟﺮﺍﺀ ﻻﻣﺎ ﻣﺜﻼ ﻭﻻ ﺍﻟﺬﺍﻝ ﺯﺍﻳﺎ ﻭﻣﺎ ﺃﺷﺒﻪ ﺫﻟﻚ ﻫﺬﺍ ﻫﻮ ﺍﻟﻤﻤﻨﻮﻉ “Ya, itu
dibolehkan. Selama tidak terjadi lahn (kesalahan bacaan) di dalamnya.
Jika terjadi lahn maka wajib untuk memperbaik lahn-nya tersebut. Adapun
tajwid, hukumnya tidak wajib. Tajwid itu untuk memperbagus pelafalan
saja, dan untuk memperbagus bacaan Al Qur’an. Tidak diragukan bahwa
tajwid itu baik, dan lebih sempurna dalam membaca Al Qur’an. Namun kalau
kita katakan ‘ barangsiapa yang tidak membaca Al Qur’an dengan tajwid
maka berdosa‘ ini adalah perkataan yang tidak ada dalilnya. Bahkan
dalil-dalil menunjukkan hal yang berseberangan dengan itu. Yaitu
bahwasanya Al Qur’an diturunkan dalam 7 huruf, hingga setiap manusia
membacanya dengan gaya bahasa mereka sendiri. Sampai suatu ketika,
dikhawatirkan terjadi perselisihan dan persengketaan di antara kaum
Muslimin, maka disatukanlah kaum Muslimin dalam satu qira’ah dengan gaya
bahasa Qura’isy di zaman Amirul Mukminin Utsman bin Affan
radhiallahu’anhu. Dan ini merupakan salah satu keutamaan beliau
(Utsman), dan jasa beliau, serta bukti perhatian besar beliau dalam masa
kekhalifahannya untuk mempersatukan umat dalam satu qira’ah. Agar tidak
terjadi perselisihan di tengah umat. Kesimpulannya, membaca Al Qur’an
dengan tajwid tidaklah wajib. Yang wajib adalah membaca harakat dan
mengucapkan huruf sesuai yang sebagaimana mestinya. Misalnya, tidak
mengganti huruf ra’ (ﺭ) dengan lam (ﻝ), atau huruf dzal (ﺫ) diganti zay
(ﺯ), atau semisal itu yang merupakan perkara yang terlarang”. ( Fatawa
Nurun ‘alad Darbi, 5/2, Asy Syamilah). Dengan demikian, apa yang
disebutkan sebagian ulama qiraat, bahwa wajib membaca Al Qur’an dengan
tajwid, yaitu semisal wajib membaca dengan ikhfa, idgham, izhar dan
lainnya, adalah hal yang kurang tepat dan membutuhkan dalil syar’i untuk
mewajibkannya. Yang tepat adalah, ilmu tajwid wajib dalam kadar yang
bisa menghindari seseorang dari kesalahan makna dalam bacaannya.
Terdapat penjelasan yang bagus dalam Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah : ﺫﻫﺐ
ﺍﻟﻤﺘﺄﺧﺮﻭﻥ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺘﻔﺼﻴﻞ ﺑﻴﻦ ﻣﺎ ﻫﻮ )ﻭﺍﺟﺐ ﺷﺮﻋﻲ( ﻣﻦ ﻣﺴﺎﺋﻞ ﺍﻟﺘﺠﻮﻳﺪ، ﻭﻫﻮ ﻣﺎ
ﻳﺆﺩﻱ ﺗﺮﻛﻪ ﺇﻟﻰ ﺗﻐﻴﻴﺮ ﺍﻟﻤﺒﻨﻰ ﺃﻭ ﻓﺴﺎﺩ ﺍﻟﻤﻌﻨﻰ، ﻭﺑﻴﻦ ﻣﺎ ﻫﻮ )ﻭﺍﺟﺐ ﺻﻨﺎﻋﻲ( ﺃﻱ
ﺃﻭﺟﺒﻪ ﺃﻫﻞ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻟﺘﻤﺎﻡ ﺇﺗﻘﺎﻥ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ، ﻭﻫﻮ ﻣﺎ ﺫﻛﺮﻩ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻓﻲ ﻛﺘﺐ
ﺍﻟﺘﺠﻮﻳﺪ ﻣﻦ ﻣﺴﺎﺋﻞ ﻟﻴﺴﺖ ﻛﺬﻟﻚ، ﻛﺎﻹﺩﻏﺎﻡ ﻭﺍﻹﺧﻔﺎﺀ ﺇﻟﺦ. ﻓﻬﺬﺍ ﺍﻟﻨﻮﻉ ﻻ ﻳﺄﺛﻢ ﺗﺎﺭﻛﻪ
ﻋﻨﺪﻫﻢ . ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻋﻠﻲ ﺍﻟﻘﺎﺭﻱ ﺑﻌﺪ ﺑﻴﺎﻧﻪ ﺃﻥ ﻣﺨﺎﺭﺝ ﺍﻟﺤﺮﻭﻑ ﻭﺻﻔﺎﺗﻬﺎ،
ﻭﻣﺘﻌﻠﻘﺎﺗﻬﺎ ﻣﻌﺘﺒﺮﺓ ﻓﻲ ﻟﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮﺏ: ﻓﻴﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﺗﺮﺍﻋﻰ ﺟﻤﻴﻊ ﻗﻮﺍﻋﺪﻫﻢ ﻭﺟﻮﺑﺎ ﻓﻴﻤﺎ
ﻳﺘﻐﻴﺮ ﺑﻪ ﺍﻟﻤﺒﻨﻰ ﻭﻳﻔﺴﺪ ﺍﻟﻤﻌﻨﻰ، ﻭﺍﺳﺘﺤﺒﺎﺑﺎ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﺤﺴﻦ ﺑﻪ ﺍﻟﻠﻔﻆ ﻭﻳﺴﺘﺤﺴﻦ ﺑﻪ
ﺍﻟﻨﻄﻖ ﺣﺎﻝ ﺍﻷﺩﺍﺀ “para ulama muta’akhirin merinci antara wajib syar’i
dengan wajib shina’i dalam masalah tajwid. Wajib syar’i (kewajiban yang
dituntut oleh syariat) adalah yang jika meninggalkannya dapat
menjerumuskan pada perubahan struktur kalimat atau makna yang rusak. Dan
wajib shina’i adalah hal-hal yang diwajibkan para ulama qiraat untuk
menyempurnakan kebagusan bacaan. Maka apa yang disebutkan pada ulama
qiraat dalam kitab-kitab ilmu tajwid mengenai wajibnya berbagai hukum
tajwid, bukanlah demikian memahaminya. Seperti idgham, ikhfa’, dan
seterusnya, ini adalah hal- hal yang tidak berdosa jika meninggalkannya
menurut mereka. Asy Syaikh Ali Al Qari setelah beliau menjelaskan bahwa
makharijul huruf berserta sifat-sifat dan hal- hal yang terkait
dengannya itu adalah hal yang berpengaruh dalam bahasa arab, beliau
berkata: ‘hendaknya setiap orang memperhatikan semua kaidah-kaidah
makharijul huruf ini. Wajib hukumnya dalam kadar yang bisa menyebabkan
perubahan struktur kalimat dan kerusakan makna. Sunnah hukumnya dalam
kadar yang bisa memperbagus pelafalan dan pengucapan ketika membacanya'”
(Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, 10/179). Maka tidak benar
sikap sebagian orang yang menyalahkan bacaan Al Qur’an dari orang-orang
yang belum pernah mendapatkan pelajaran tajwid yang mendalam, padahal
bacaan mereka masih dalam kadar yang sudah memenuhi kadar wajib, yaitu
tidak rusak makna dan susunan katanya. Bahkan sebagian orang ada yang
merasa tidak sah shalat di belakang imam yang tidak membaca dengan
tajwid. Dan ada pula sebagian pengajar tajwid yang menganggap tidak sah
bacaan Al Qur’an setiap orang yang tidak menerapkan semua kaidah-kaidah
tajwid dengan sempurna. Ini adalah sikap-sikap yang kurang bijak yang
disebabkan oleh kurangnya ilmu. Wallahul musta’an. Makna ayat “bacalah
secara tartil” Sebagian orang yang menganggap wajibnya menerapkan kaidah
tajwid secara mutlak, berdalil dengan ayat: ﻭﺭﺗﻞ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺗﺮﺗﻴﻼ “dan
bacalah Al Qur’an dengan tartil” (QS. Al Muzammil: 4). Tartil di sini
dimaknai dengan hukum-hukum tajwid. Kita simak penjelasan para ulama
tafsir mengenai ayat ini. Imam Ibnu Katsir menjelaskan: ﻭﻗﻮﻟﻪ} :ﻭﺭﺗﻞ
ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺗﺮﺗﻴﻼ{ ﺃﻱ: ﺍﻗﺮﺃﻩ ﻋﻠﻰ ﺗﻤﻬﻞ، ﻓﺈﻧﻪ ﻳﻜﻮﻥ ﻋﻮﻧﺎ ﻋﻠﻰ ﻓﻬﻢ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭﺗﺪﺑﺮﻩ
“dan firman-Nya: ‘dan bacalah Al Qur’an dengan tartil‘, maksudnya
bacalah dengan pelan karena itu bisa membantu untuk memahaminya dan men-
tadabburi-nya” (Tafsir Ibni Katsir, 8/250). Imam Ath Thabari juga
menjelaskan: ﻭﻗﻮﻟﻪ: )ﻭﺭﺗﻞ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺗﺮﺗﻴﻼ( ﻳﻘﻮﻝ ﺟﻞ ﻭﻋﺰ: ﻭﺑﻴﻦ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺇﺫﺍ
ﻗﺮﺃﺗﻪ ﺗﺒﻴﻴﻨﺎ، ﻭﺗﺮﺳﻞ ﻓﻴﻪ ﺗﺮﺳﻼ “dan firman-Nya: ‘dan bacalah Al Qur’an
dengan tartil‘, maksudnya Allah ‘Azza wa Jalla mengatakan: perjelaslah
jika engkau membaca Al Qur’an dan bacalah dengan tarassul (pelan dan
hati-hati)” (Tafsir Ath Thabari, 23/680). As Sa’di menjelaskan: { ﻭﺭﺗﻞ
ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺗﺮﺗﻴﻼ{ ﻓﺈﻥ ﺗﺮﺗﻴﻞ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺑﻪ ﻳﺤﺼﻞ ﺍﻟﺘﺪﺑﺮ ﻭﺍﻟﺘﻔﻜﺮ، ﻭﺗﺤﺮﻳﻚ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ﺑﻪ،
ﻭﺍﻟﺘﻌﺒﺪ ﺑﺂﻳﺎﺗﻪ، ﻭﺍﻟﺘﻬﻴﺆ ﻭﺍﻻﺳﺘﻌﺪﺍﺩ ﺍﻟﺘﺎﻡ ﻟﻪ “‘dan bacalah Al Qur’an
dengan tartil‘, karena membaca dengan tartil itu adalah membaca yang
disertai tadabbur dan tafakkur, hati bisa tergerak karenanya, menghamba
dengan ayat-ayat-Nya, dan tercipta kewaspadaan dan kesiapan diri yang
sempurna kepadanya” ( Taisir Karimirrahman, 892). Demikian yang
dijelaskan para ulama ahli tafsir mengenai makna tartil. Maka kurang
tepat jika ayat ini dijadikan dalil untuk mewajibkan untuk membaca Al
Qur’an dengan kaidah-kaidah tajwid secara mutlak. Semoga bermanfaat.
Wallahu a’lamu bis shawab.
*** Penulis: Yulian Purnama Artikel Muslim.Or.Id
Wallahu a’lamu bis shawab.
*** Penulis: Yulian Purnama Artikel Muslim.Or.Id
Apakah Wajib Membaca Al Qur’an Dengan Tajwid?
Reviewed by Abu Aslam
on
8:54 AM
Rating:
No comments